MEDAN | TRANSPUBLIK.co.id – Seorang remaja nyaris tewas setelah diserang puluhan geng Motor.
Kejadian tersebut terjadi di Jalan Pasar X, Marelan, Kecamatan Medan Labuhan, pada Selasa (5/4/2022) menjelang sahur.
Korban diketahui bernama Radja Jaya Wardhana (22) warga Jalan pasar IX, Desa Manunggal, Kecamatan Medan Labuhan.
Korban saat ini sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Imelda, akibat beberapa luka tebasan yang dialaminya. Bahkan tangan kanan dan kaki korban nyaris putus.
Menurut Ely Susanti yang merupakan ibu kandung korban menceritakan kronologis kejadian yang menimpa anaknya tersebut.
Malam itu, korban bersama dengan rekan – rekannya menginap di rumah saudaranya di sekitar lokasi kejadian.
Ketika sahur, korban dan para temannya hendak pulang ke rumahnya masing-masing.
“Waktu subuh sekitar jam setengah empat anak saya dibangunkan sahur sama ibu nya. Dia (korban) kebetulan tidur di rumah ibunya karena dia mau sahur dan berangkat kerja, mereka pulang,” kata Ely, Selasa (5/4/2022).
Ia mengatakan saat keluar dari rumah ibunya, korban bersama dengan teman-temannya pergi menggunakan sepeda motor masing-masing.
Lalu, tidak jauh dari rumah saudaranya itu mereka berpapasan dengan puluhan geng motor yang sedang berkonvoi di jalan raya.
Para geng motor ini langsung mengejar korban dan teman – temannya.
“Nggak jauh dari gang rumah ibunya, mereka dikejar kawanan begal seperti geng motor yang jumlahnya mereka pun nggak terhitung lagi begitu ramainya, puluhan kira – kira,” sebut Ely.
Kemudian, Ely menyebutkan anaknya bersama dengan teman pun panik dan mencoba melarikan diri. Namun para komplotan geng motor ini langsung mengejar.
“Mereka dikejar sampai panik nyari jalan yang bisa mereka bisa sembunyi jadi mereka masuk ke jalan depan rumah ibunya itu,” tuturnya.
Ia mengatakan, saat itu aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan. Tetapi karena sudah panik sepeda motor yang dikendarai oleh anaknya ini masuk ke dalam parit.
“Anak saya dan teman-teman naik tiga unit sepeda motor, nggak boncengan. Naas anak saya masuk ke parit, teman – temannya berhasil kabur di depan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ely menceritakan anaknya yang sudah terkapar sendirian di dalam parit langsung menjadi bulan – bulanan kebiadaban aksi geng motor ini.
“Begitu dia masuk ke parit di situlah anak saya di bacok di tebas sama mereka, secara bertubi-tubi, dengan kondisi tangannya yang hampir putus dan ujung kakinya itu tulangnya nyaris putus dan tersisa hanya daging sedikit,” ucapnya.
“Anak saya masuk ke dalam parit, waktu mereka mau bacok kepalanya anak saya ngelak pakai tangan, itulah tangan nya mau putus. Dia juga nangkis pakai kaki, kakinya pun di bacok,” sambungnya.
Aksi penyerangan itu pun berhenti, ketika para warga yang mengetahui langsung datang ke lokasi untuk menyelamatkan korban.
Korban pun langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Ely juga mengungkapkan, saat ini pihak keluarga masih kebingungan soal biaya pengobatan.
Pasalnya, pengobatan korban ditolak oleh BPJS karena kasus yang dialaminya merupakan peristiwa kriminal.
Ely Susanti mengungkapkan saat ini pihak keluarga harus meminta bantuan pengobatan kepada para kerabat.
“Lagi tekendala dana, karena ternyata BPJS tidak bisa diklaim karena kasus kriminal, jadi kita usahakan dana itu tadi untuk jaminan ke rumah sakit,” kata Ely.
Ia mengatakan, tangan kanan anaknya tersebut terancam akan diamputasi karena nyaris putus setelah ditebas oleh komplotan geng motor.
Saat ini, anaknya telah selesai menjalani operasi pengobatan atas luka yang diderita nya.
“Keadaan anak saya baru selesai di operasi, kata dokter lihat perkembangannya dua bulan. Kalau seandainya jarinya bisa digerakkan berarti operasi nya berhasil,” sebutnya.
“Jika tangan itu menghitam itu harus dioperasi lagi untuk di amputasi,” katanya sambil meneteskan air mata.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Ely pun mengatakan tidak rela jika anak kesayangan nya itu harus kehilangan tangannya.
“Gimana hati orang tua nggak hancur anak saya masih muda, jalan hidupnya masih panjang, saya nggak tau masa depan anak saya, kalau ini sampai kejadian tangannya diamputasi,” ucap Ely sambil tersedu-sedu.
Ia mengatakan, kalau selama ini anaknya tidak memiliki musuh terhadap siapa pun. Korban juga dikenal sebagai anak yang baik dan selalu patuh terhadap kedua orang tua nya.
“Anak saya salah apa, dia nggak punya musuh. Nggak tau mengapa mereka seperti itu teganya,” katanya.
Lebih lanjut, Ely mengatakan biaya pengobatan anaknya ditafsirkan puluhan juta rupiah dan membutuhkan iuran tangan.
“Para kerabat juga tadi galangan dana. Mereka galang donasi buat anak saya, Alhamdulillah untuk bayar uang jaminan ke dalam sudah terkumpul,” bebernya.
“Pasti butuh bantuan, belum tau berapa biaya operasinya, mungkin diatas Rp 50 juta. Nggak ditanggung sama BPJS,” tambahnya.
Pihak keluarga berharap agar Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak, bisa mengungkap kasus tersebut.
“Saya berharap semoga bapak Kapolda cepat usut kasus ini,” katanya
Ely juga berharap, polisi bisa menciptakan rasa aman ditengah masyarakat dan tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat aksi geng motor yang meresahkan masyarakat ini.
“Semoga tidak ada korban lainnya. Bapak Kapolda tolong dengan sangat, bayangkan perasaan seorang ibu seperti saya, jangan sampai ada ibu – ibu lain yang merasakan hal yang sama dengan saya,” tuturnya.
Ia yakin, polisi bisa dengan cepat mengungkap kasus ini dan menangkap para pelaku.
“Saya mohon dengan sangat ditangkap semua pelaku – pelakunya ini,” pungkasnya.(TP/tra-tc)
Komentar